Berikut
ini diantara tuntunan syar’i dalam pendidikan anak yang dibawakan oleh
seorang ‘alim Syaikh Abu ishaq Al-Huwainy : 1.Anak kecil adalah manusia
kecil yang selalu membutuhkan kelembutan, cinta yang dalam dan kasih
sayang yang murni. Bermain dan bercanda dengan mereka merupakan bentuk
kasih sayang dan menunjukkan kepahaman
seseorang terhadap dien ini. . Dalam sebuah hadits shahih riwayat
Bukhari: “Bahwa Nabi Shallahu’alaihi wasallam mencium Hasan bin Ali, dan
disamping beliau ada Aqro’ bin Habis at-Tamimy, maka berkatalah Aqro’:
Sesungguhnya aku punya 10 orang anak tetapi tidak seorangpun yang pernah
kucium. Lalu Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam melihat kepadanya
seraya berkata : Barangsiapa yang tidak mau menyayangi maka ia tidak
akan disayangi”. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, ia berkata: “Telah
datang seorang badui kepada Nabi Shallahu’alaihi wasallam dan ia
berkata: kalian menciumi anak-anak kecil, tapi kami tidak pernah
menciumi meraka. Berkatalah Nabi Shallahu’alaihi wasallam: Aku tak kuasa
(memberi kasih saying di hati kalian) jika Allah telah mencabut kasih
saying itu dari hati kalian. 2. Mengajarkan adab yang baik. Mencandai
anak kecil tidak berarti meniadakan pendidikan dan pengajaran kebaikan
kepada mereka. Maka tidak ada kebaikan yang diberikan orang tua kepada
anaknya yang lebih baik selain adab yang baik. Kebaikan yang pertama
kali yang harus dipelajari adalah tentang pelaksanaan sholat wajib.
Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam : “Perintahkanlah
anak-anakmu shalat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka
jika berumur 10 tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur” ( Hadits
shahih dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Abu
Syaibah, Ibnu Khuzaimah, Thahawy) 3. Hendaklah ditanamkan pada jiwa
anak untuk cinta Allah dan Rasul-Nya dan hendaklah pula ditanamkan sifat
dan sikap untuk mengutamakan Allah dan Rasul-Nya daripada yang
selainNya. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai
dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”. (Hadits Shahih
dikeluarkan Bukhari, Muslim, Abu’Awanah, Nasa’i, Ibnu Majah) 4.
Hendaknya anak diajari Al-Qur’an dengan logat-logat Arab. Menjadikan
anak hafal Al-Qur’an serta mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka. Terdapat
keutamaan yang banyak dan tak terhitung. Berdasarkan sabda Nabi
Shallahu’alaihi wasallam: “ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
al-Qur’an dan mengajarkannya”. (Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Abu
Daud, Nasa’i) Dan dalam sabda Beliau yang lain: “Barangsiapa membaca 1
huruf dari kitabullah maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan satu
kebaikan itu akan dilipatkan menjadi 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan
Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan
mim satu huruf”. (Hadits Shahih dikeluarkan tirmidzi, Darimi, Abu
Nu’aim dll) 5. Hendaknya anak dijadikan cinta kepada sunnah. Dan
hendaknya sunnah tersebut dihiaskan pada diri anak sehingga sunnah
tersebut meresap ke dalam hatinya. Berdasarkan sabda Rasulullah
Shallahu’alaihi wasallam: “Barangsiapa yang diberi umur panjang diantara
kalian, maka ia akan melihat perpecahan yang banyak. Maka hendaklah
kalian berpegang pada sunnahku dan Khulafa’ur rasyidun yang mendapat
petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi gerahammu”. (Hadits
Shahih dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi,Ahmad, Ibnu
Hibban) 6. Hendaklah anak dibuat tidak suka terhadap bid’ah dan segala
perkara yang mengantarkan kepada bid’ah. Tidak akan berkumpul sunnah
dan bid’ah di hati seorang mukmin selamanya! Dan tidak ada yang
dinamakan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Sabda Nabi Shallahu’alaihi
wasallam dalam sebuah hadits shahih yang merupakan potongan dari
khutbatul hajah yang masyhur: “Setiap perkara baru dalam agama adalah
bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di neraka”.
7. Hendaklah anak dijadikan cinta kepada ilmu dan ahlinya. Juga
diajarkan kepada anak tentang sabar ketika sedang mencarinya terlebih
ilmu-ilmu syar’i. Karena sesungguhnya itu merupakan ilmu yang mulia.
Berdasarkan hadits Zirr bin Hubaisy, ia berkata: “Aku mendatangi Shofwan
bin ‘Assal al-Murady, maka ia berkata: Apa yang mendorongmu dating
kemari? Aku menjawab: Karena untuk mencari ilmu. Ia berkata:
Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada pencari ilmu
syar’i karena ridha atas apa yang sedang ia cari”. 8. Berlaku adil
kepada setiap anak. Hal ini merupakan kewajiban bagi orang tua.
Sedangkan membeda-bedakan sesama mereka merupakan keberanian melawan
batas-batas (hukum-hukum) Allah dan pelanggaran kehormatan dienNya.
Bersabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam: “Berlaku adillah diantara
anak-anakmu. Berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Berlaku adillah
terhadap anak-anakmu”. Itulah diantara kiat-kiat syar’i yang harus
diperhatikan pendidik untuk mencetak anak yang shalih. Generasi terakhir
ummat ini tidak mungkin menjadi baik kecuali dengan apa yang telah
menjadikan baik generasi awalnya. Wallahua’lam bishowab.
No comments:
Post a Comment